Sabtu, 11 Juni 2016

NTT rawan gempa ?


Indonesia merupakan wilayah kepulauan yang berada di atas pertemuan 3 lempeng utama di dunia (mayor) yaitu, lempeng Indo-Australia, lempeng Eurasia,  lempeng Pasifik dan satu lempeng kecil (minor) yaitu lempeng Filipina;  tak terkecuali wilayah Nusa Tenggara Timur. Wilayah  Nusa Tenggara Timur berada pada batas pertemuan antara lempeng Eurasia dan lempeng indo-australia. Jenis batas kedua lempeng ini adalah Konvergen, dimana kedua lempeng tersebut terus bergerak saling mendekati dan saling mendorong satu sama lain. Saling dorong mendorong kedua lempeng ini menyebabkan adanya eneregi yang terakumulasi. Jika lapisan batuan pada lempeng tersebut  tidak mampu lagi untuk menahan energi  dorongan, maka akan terjadi patahan dan menimbulkan getaran yang sering kita sebut sebagai Gempa Bumi. Hal inilah yang menyebabkan di wilayah NTT sering terjadi peristiwa gempa bumi. Peristiwa gempa juga dapat memicu bencana lain seperti Tsunami . Namun tidak semua peristiwa gempa bumi dapat memicu Tsunami, ada bebearapa karakterisitik gempa yang dapat memicu tsunami, seperti Gempa dengan kekuatan diatas 6,5 SR, berpusat dilaut dan jenis patahannya yaitu patahan naik atau patahan turun.

Dari statistik yang didapat dari BMKG ( Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika ) ada sekitar 50 bahkan lebih kejadian gempa bumi yang terjadi di wilayah NTT tiap bulannya. Jika dirata-ratakan maka ada 2-3 kali peristiwa gempa bumi perhari yang terjadi di wilayah NTT baik gempa yang dirasakan maupun tidak dirasakan. Namun masyarakat tidak perlu khawatir jika adanya energi yang dilepaskan setiap harinya, jika dalam rentang beberapa hari tidak terjadi gempa sama sekali, energi yang terakumulasi akan semakin besar sehingga adanya kemungkinan terjadi gempa bumi yang besar juga.  Peristiwa gempa bumi dirasakan yang baru baru ini terjadi di wilayah NTT yaitu gempa yang terjadi pada wilayah Sumba pada tanggal 09 Juni 2016 pada pukul  15:23 WITA. Gempa ini berkekuatan 6,1 SR dan dirasakan I SIG ( Skala Intensitas Gempabumi) di wilayah Sumba Timur.

Karena Indonesia merupakan wilayah yang sering terjadi peristiwa gempa bumi, maka pemerintah berusaha untuk melakukan upaya mitigasi melalui BMKG untuk mengurangi dampak dari bencana gempa bumi. Lewat BMKG peristiwa gempa bumi bisa terus dipantau lewat alat yang berfungsi untuk merekam sinyal gempa bumi yaitu Seismograph. Di wilayah NTT terdapat dua stasiun BMKG yang bertugas untuk memantau gempa bumi yaitu Stasiun Geofisika Kupang dan Stasiun Geofisika Waingapu di Sumba Timur.  Informasi tentang gempa bumi yang terjadi dapat disebar langsung kurang dari 5 menit oleh BMKG dan dapat langsung diketahui oleh masyarakat luas. Sampai sekarang peristiwa gempa bumi masih belum bisa diprediksi. tetapi ada upaya-upaya yang terus dilakukan oleh para ahli agar dapat memprediksi peristiwa gempa bumi. Untuk saat ini bencana yang terjadi tidak dapat dihindari tetapi akibatnya dapat kita kurangi. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar